Minna-san o genki yo?
Awalnya aku pengen nge-post tentang pv-pv Hey!Say!JUMP..hehehe berhubung akunya males mulu *plak*. Silahkan minna-san sekalian baca FF buatan ku yang masih amatiran ini ^^
Douzo ==>
Title : On Rainy Days
Cast :: Chinen Yuuri (Hey!Say!JUMP)
Matsumura Sayuri (NGZ46)
Rating : Pg/T
Genre :: Romance, AU, etc
Disclaimer : Chinen is mine!! *plak* All cast is not mine, I just own the plot *eaaa* -_-
Warning :: Typo bertebaran dimana-mana, ngaco, aneh, bikin pusing dan keguguran (apa ini) -____-a
Length : Two shoot
Enjoy~
***
Bola mata Nya membulat sempurna, Ia tidak percaya bisa begitu sakit mendengar kata-kata itu. Dirasakannya matanya memanas, dada nya sesak, dan pandangan nya yang mulai memburam karena air mata yang berkumpul dipelupuk mata. Kini hanya satu yang ia mau, maafkan untuk segalanya~
-OooOooO-
Hari ini Tokyo mendung lagi. Tentu saja. Ini kan musim hujan, musim dimana banyak aktifitas yang terhenti atau tertunda. Bahkan musim hujan pun bisa membuat gadis yang aktif dan ceria menjadi lebih banyak diam.
“Sayuyu!Kamu dengerin aku gak sih?!”
Sayuyu tersentak, kemudian dengan gelagapan dia menyahut
“Aku dengerin kok”
Gadis disamping Sayuyu—Ikuta Erika, menghembuskan nafas saking kesalnya.
“Aku jadi malas kalau seperti ini, lain kali aku gak mau lagi satu kelompok dengan mu!”
“Eh..eh?!jangan seperti itu dong! Gomen ne~”
Jurus andalan Sayuyu. Dan ini selalu berhasil. Pasang Puppy Eyes dan sedikit memiringkan kepala.
“arrgghh!!Aku tidak mengerti, kenapa laki-laki seperti dia bisa membuat mu seperti orang bodoh begini ?!”
“Kok kamu bilang begitu? Dia itu kan tampan, imut, pintar –“
“Stop!Kapan kita mau belajar kalau begini Sayuyu?”
Sayuyu tertawa pelan “ Maaf, ayo kita mulai belajarnya”
***
Hanya satu orang yang dapat membuat nya begini. Membuat seorang Matsumura Sayuri atau lebih akrab dipanggil—Sayuyu menjadi kelihatan seperti orang bodoh, hanya satu orang yang dapat membuat seorang Sayuyu tersipu-sipu sendiri, hanya satu orang yang bisa membuat Sayuyu___
“Matsumura-san! Kenapa kamu dari tadi tersenyum seperti itu?”
“Eh? Betsuni sensei”
Membuat Sayuyu menjadi pusat perhatian dan bahan tertawaan.
Walau Sayuyu benci musim hujan, tapi terkadang ia juga sangat menyukai musim yang satu ini. Karena, musim hujan membuatnya bisa melihat ‘awan mendung’ di perpustakaan selama jam istirahat.
“Jangan dekati aku!”
Jantung Sayuyu kini berdegup lebih kencang, mendengar suara rendah dan dingin tadi membuat Sayuyu hanya bisa diam ditempat. Berdiri diantara rak buku yang tinggi dan dipenuhi buku-buku yang menarik bagi peminatnya.
“Ke-kenapa?”
Hanya itu yang mampu keluar dari bibir mungil Sayuyu
“Aku tidak suka melihat mu, mendengar suaramu, bahkan mendengar namamu disebut”
Sayuyu tahu, ‘awan mendung’ dihadapannya ini pasti punya alasan kenapa Dia bersikap baik pada semua orang tapi tidak pada Sayuyu. Tapi apa?!
“Chinen-san..tak bisa kah—“
“Tidak!”
Bahkan Sayuyu belum menyelesaikan ucapannya
“Sebegitu bencikah kau padaku? Chinen-san?”
“Dengar ya, aku bahkan muak berada disekolah ini. Karena apa? Karena ada kau! Jadi caraku untuk tetap merasa nyaman adalah jauh dari mu!”
Sayuyu menunduk, ia menatap ujung sepatunya. Lalu perlahan ia mendongak kan kepala nya dan menatap ‘awan mendung’ bermarga Chinen itu dengan tulus
“Hontou ni gomen nasai~”
***
Pelajaran sejarah memang membosankan. Biasanya disaat-saat seperti ini Sayuyu akan terus menatap punggung si ‘awan mendung’ yang duduk di paling depan. Tapi..karena kejadian di perpustakaan tadi Sayuyu jadi tidak sanggup melihat laki-laki itu bahkan hanya untuk melihat punggung nya pun dia tak sanggup. Dan kini hanya bisa menatap kosong ke arah luar jendela.
Bletak!
Dirasakan kepalanya berdenyut-denyut dan refleks Sayuyu mengusap-usap puncak kepalanya.
“Matsumura-san, berdiri diluar kelas!”
Saat Sayuyu berjalan menuju pintu keluar semua orang tertawa kecuali satu orang. Si ‘awan mendung’. Sayuyu merasa bahkan si ‘awan mendung’ tidak memperdulikan yang sekarang dia alami atau bahkan merasa tidak terjadi apapun.
Dua jam penuh Sayuyu berdiri diluar kelas dan kini lonceng sekolah berbunyi menandakan bahwa sudah waktunya untuk pulang kerumah masing-masing.
Sayuyu menoleh begitu mendengar suara pintu kelas di geser dan dilanjutkan derap langkah kaki yang makin mendekat
“Matsumura-san, jangan ulangi lagi kesalahan mu! Sekarang kau boleh pulang”
Sayuyu mengangguk pelan lalu membungkuk dalam-dalam
“Arigatou gozaimasu, sensei“
Sayuyu membuka payung lipatnya dan menerobos hujan yang deras ini
‘Kami-sama..bisakah kau hentikan hujan untuk sebentar saja?’
Gumam Sayuyu pada dirinya sendiri.
“Sa-chan? Ayo pulang”
Mendengar panggilan barusan senyum Sayuyu mengembang
“Tou-chan?ahhh Tou-chan akhirnya pulang”
Sayuyu langsung masuk kepelukan ayahnya. Sayuyu adalah anak orang berada, namun sayang ibunya telah meninggal. Ayah nya sangat sibuk karena harus mengurus banyak perusahaan nya yang tersebar diseluruh Jepang, sampai-sampai ia tidak punya waktu untuk anaknya—Sayuyu.
“Ayo Sa-chan, kita pulang dan makan ramen”
Melihat senyum ayah nya rasa sakit dihati Sayuyu sedikit terobati. Sakit karena ucapan orang yang sangat disukainya.
“Ikou!
Sembari terus menggandeng tangan ayahnya, Sayuyu berjalan menuju mobil mereka yang tak jauh di parkir
***
“Dengar ya, aku bahkan muak berada disekolah ini. Karena apa? Karena ada kau! Jadi caraku untuk tetap merasa nyaman adalah jauh dari mu!”
Sayuyu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan suara si ‘awan mendung’ yang terus terngiang dikepalanya.
‘Akan ku cari tahu kenapa kau sangat membenci ku Yuuri-kun. Akan ku cari tahu…’
Malam ini begitu dingin, tapi Sayuyu bukannya menyelinap kedalam selimut ia malah berjalan menuju balkon. Memandangi bintang-bintang yang terlihat seperti berlian-berlian yang tergeletak begitu saja di karpet luas berwarna hitam.
‘Indah…seperti senyum mu. Yuuri’
***
Sayuyu begitu tergesah-gesah saat akan pergi ke ruang laboratorium. Saking tergesah-gesah nya ia sampai tak melihat kalau ada orang di depannya yang juga akan masuk kedalam ruang Lab.
Brugh!
Tabrakan kecil tadi membuat Sayuyu jatuh terduduk dilantai dan meringis kesakian
“aduh..aduh..”
Sayuyu meringis kesakitan diempatnya dan ketika dia mendongakan kepala sepasang mata tengah memandang nya tajam
“Jangan sentuh aku gadis berdarah kotor!”
“Chi..Chinen-san?ke-kenapa kau berkata begitu?”
“Menurut mu karena apa?”
Suaranya terdengar menusuk di telinga Sayuyu. Begitu menyakitkan.
“A..aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa kau begitu membenci ku?memang aku salah apa?”
Sayuyu bahkan belum bangkit dari posisinya yang tengah terduduk dilantai. Ia terlalu shock mendengar ucapan Chinen tadi
Chinen mendesah lalu kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana—seragam sekolah nya
“Bagimana kalau kau diposisi ku?..apa yang akan kau lakukan?”
Sayuyu masih tidak mengerti “Se..benarnya, apa maksud mu Chinen-san?” Tanya Sayuyu jujur
“Jadi kau benar-benar tidak tahu ya?” Chinen tertawa hambar lalu melanjutkan “aku akan menceritakan dari awal”
“Bagaimana perasaan mu kalau kau melihat ayah kandung mu mati di bunuh dihadapanmu? Bagaimana kalau kau melihat ibu kandungmu juga mati di depan kedua mata mu? Bagaimana kalau kau melihat adik kesayangan mu mati di cekik saat umurnya yang memang masih kecil?..”
Chinen memejamkan mata nya sesaat lalu kembali membukanya. Sayuyu bisa melihat jelas kalau mata Chinen memerah
“Ba..bagaimana kalau itu kau saksikan sendiri? Darah dimana-mana..jeritan…isak tangis…rintihan karena kesakitan?..ba-bagaimana HAH?! BAGAIMANA?!”
Sayuyu menutup mulutnya dengan sebelah tangan, ia sama sekali tidak tahu kalau hidup Chinen begitu kelam. Ia benar-benar memprihatin kan..
“Si-siapa?” “Siapa yang melakukan itu pada keluarga mu?”
Chinen mendelik “Siapa kau bilang? Sahabat ayah ku, yang sangat di percayai dan sudah dianggap keluarga oleh ayah dan ibu ku”
Saat itu…
“Paman..aku mohon! Aku mohon paman jangan sakiti ayah ku”
Bruak!
Saat itu juga Chinen terkapar di tanah
“Keito?! Jangan sakiti anak ku!”
Orang yang dipanggil Keito itu menyeringai “Kalau kau tidak mau anak mu aku sakiti lekas berikan semua berkas-berkas itu!”
“Tidak!kau tahu kan aku sudah sangat bekerja keras untuk itu semua!”
“Ahh..begitu?” Keito mengeluarkan sesuatu yang mengkilat dari dalam tas nya..
“A-apa yang akan kau lakukan Keito-kun?!”
Mata Chinen berkaca-kaca ia tak sanggup melakukan apapun karena kepala nya sangat sakit setelah menghantam aspal. Ia hanya diam ditempat dan menyaksikan kepergian ayahnya..ditangan sahabatnya sendiri
“Kau lihat Chinen junior?ayah mu begitu mengenaskan”
Tawa laki-laki bernama Keito itu disusul dengan suara gemuruh dilangit
Chinen membisu, sudah banyak darah yang keluar dari kepalanya dan kini ia juga harus melihat darah yang terus mengalir dari perut ayah nya yang terbaring tak jauh darinya…
“A..ayah..” Gumam Chinen ditengah tangis nya yang bercampur air hujan
“Untuk apa kau memanggil nya?dia sudah mati kau tahu?”
Suara tanpa dosa dari orang yang baru saja mencabik-cabik perut sahabanya sendiri sampai-sampai perut sang sahabat tak jelas bentuk nya..bahkan isi perutnya pun keluar dari tempatnya semula
“Dasar kau!!Apa yang kau lakukan pada suami dan anak ku?!”
Ibu Chinen datang sembari memukuli Keito dengan tas tangannya
“Ahh berisik!!” Keito menancapkan pisau digenggaman nya ke perut ibu Chinen
Sekali lagi, Chinen harus menyaksikan orang tuanya terbunuh dalam satu hari
“Lihat? Kau akan bernasib sama seperti kedua orang tua mu kalau kau tidak menuruti kata-kata ku”
“A-apa yang kau mau paman? Kenapa kau melakukan ini semua?”
Chinen tak memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup dan darah yang terus mengalir dari kepalanya, ia mencoba berdiri untuk menghadapi orang jahat yang jauh lebih besar tubuhnya
“apa yang ku mau?” Senyuman licik tergantung jelas diwajah Keito “serah kan berkas-berkas yang sedari tadi ada didalam tas mu!”
“Dasal paman jelek!”
“arrgghh!”
Pisau digenggaman tangan Keito terlepas setelah adik Chinen menggigit tangan Keito
“DASAR BOCAH TENGIK!!”
Keito mencekik leher kecil adik Chinen sampai-sampai kaki adiknya tak menyentuh tanah
“aaa..kakak..sakit…kak..sakittt..kakak!!”
“Hentikan!aku akan berikan apa yang kau mau tapi tolong lepaskan adik ku!!”
Brugh!
Adik Chinen langsung terkapar di tanah. Tanpa suara..
“Yuna??! Yuna!!!!”
Chinen tak perduli dengan berkas-berkas atau apapun itu, ia berlari mendekati adik nya. Dia memeluk adik nya yang sudah tak bernyawa.
Saat Chinen tengah meratapi nasib nya, Keito melangkah mendekati Chinen dan langsung merampas tas yang dari tadi di gendong oleh Chinen
“Keluarga Chinen yang menyedihkan”
Chinen mengelap air matanya yang sudah membasahi pipinya
“Bagaimana? Aku tanya…bagimana?!!”
Sayuyu tak berkata, ia menangis mendengar cerita yang benar-benar mengerikan. Itu benar-benar kejam
“Keito?” Sayuyu berusaha keras untuk mengeluarkan suara
Perasaan nya tidak enak, semoga apa yang dipikirkan nya sama sekali tidak benar
“Matsumura Keito?”
Chinen mendengus “Jadi kau baru sadar sekarang?”
TBC ==> ^____^
Awalnya aku pengen nge-post tentang pv-pv Hey!Say!JUMP..hehehe berhubung akunya males mulu *plak*. Silahkan minna-san sekalian baca FF buatan ku yang masih amatiran ini ^^
Douzo ==>
Title : On Rainy Days
Cast :: Chinen Yuuri (Hey!Say!JUMP)
Matsumura Sayuri (NGZ46)
Rating : Pg/T
Genre :: Romance, AU, etc
Disclaimer : Chinen is mine!! *plak* All cast is not mine, I just own the plot *eaaa* -_-
Warning :: Typo bertebaran dimana-mana, ngaco, aneh, bikin pusing dan keguguran (apa ini) -____-a
Length : Two shoot
Enjoy~
***
Bola mata Nya membulat sempurna, Ia tidak percaya bisa begitu sakit mendengar kata-kata itu. Dirasakannya matanya memanas, dada nya sesak, dan pandangan nya yang mulai memburam karena air mata yang berkumpul dipelupuk mata. Kini hanya satu yang ia mau, maafkan untuk segalanya~
-OooOooO-
Hari ini Tokyo mendung lagi. Tentu saja. Ini kan musim hujan, musim dimana banyak aktifitas yang terhenti atau tertunda. Bahkan musim hujan pun bisa membuat gadis yang aktif dan ceria menjadi lebih banyak diam.
“Sayuyu!Kamu dengerin aku gak sih?!”
Sayuyu tersentak, kemudian dengan gelagapan dia menyahut
“Aku dengerin kok”
Gadis disamping Sayuyu—Ikuta Erika, menghembuskan nafas saking kesalnya.
“Aku jadi malas kalau seperti ini, lain kali aku gak mau lagi satu kelompok dengan mu!”
“Eh..eh?!jangan seperti itu dong! Gomen ne~”
Jurus andalan Sayuyu. Dan ini selalu berhasil. Pasang Puppy Eyes dan sedikit memiringkan kepala.
“arrgghh!!Aku tidak mengerti, kenapa laki-laki seperti dia bisa membuat mu seperti orang bodoh begini ?!”
“Kok kamu bilang begitu? Dia itu kan tampan, imut, pintar –“
“Stop!Kapan kita mau belajar kalau begini Sayuyu?”
Sayuyu tertawa pelan “ Maaf, ayo kita mulai belajarnya”
***
Hanya satu orang yang dapat membuat nya begini. Membuat seorang Matsumura Sayuri atau lebih akrab dipanggil—Sayuyu menjadi kelihatan seperti orang bodoh, hanya satu orang yang dapat membuat seorang Sayuyu tersipu-sipu sendiri, hanya satu orang yang bisa membuat Sayuyu___
“Matsumura-san! Kenapa kamu dari tadi tersenyum seperti itu?”
“Eh? Betsuni sensei”
Membuat Sayuyu menjadi pusat perhatian dan bahan tertawaan.
Walau Sayuyu benci musim hujan, tapi terkadang ia juga sangat menyukai musim yang satu ini. Karena, musim hujan membuatnya bisa melihat ‘awan mendung’ di perpustakaan selama jam istirahat.
“Jangan dekati aku!”
Jantung Sayuyu kini berdegup lebih kencang, mendengar suara rendah dan dingin tadi membuat Sayuyu hanya bisa diam ditempat. Berdiri diantara rak buku yang tinggi dan dipenuhi buku-buku yang menarik bagi peminatnya.
“Ke-kenapa?”
Hanya itu yang mampu keluar dari bibir mungil Sayuyu
“Aku tidak suka melihat mu, mendengar suaramu, bahkan mendengar namamu disebut”
Sayuyu tahu, ‘awan mendung’ dihadapannya ini pasti punya alasan kenapa Dia bersikap baik pada semua orang tapi tidak pada Sayuyu. Tapi apa?!
“Chinen-san..tak bisa kah—“
“Tidak!”
Bahkan Sayuyu belum menyelesaikan ucapannya
“Sebegitu bencikah kau padaku? Chinen-san?”
“Dengar ya, aku bahkan muak berada disekolah ini. Karena apa? Karena ada kau! Jadi caraku untuk tetap merasa nyaman adalah jauh dari mu!”
Sayuyu menunduk, ia menatap ujung sepatunya. Lalu perlahan ia mendongak kan kepala nya dan menatap ‘awan mendung’ bermarga Chinen itu dengan tulus
“Hontou ni gomen nasai~”
***
Pelajaran sejarah memang membosankan. Biasanya disaat-saat seperti ini Sayuyu akan terus menatap punggung si ‘awan mendung’ yang duduk di paling depan. Tapi..karena kejadian di perpustakaan tadi Sayuyu jadi tidak sanggup melihat laki-laki itu bahkan hanya untuk melihat punggung nya pun dia tak sanggup. Dan kini hanya bisa menatap kosong ke arah luar jendela.
Bletak!
Dirasakan kepalanya berdenyut-denyut dan refleks Sayuyu mengusap-usap puncak kepalanya.
“Matsumura-san, berdiri diluar kelas!”
Saat Sayuyu berjalan menuju pintu keluar semua orang tertawa kecuali satu orang. Si ‘awan mendung’. Sayuyu merasa bahkan si ‘awan mendung’ tidak memperdulikan yang sekarang dia alami atau bahkan merasa tidak terjadi apapun.
Dua jam penuh Sayuyu berdiri diluar kelas dan kini lonceng sekolah berbunyi menandakan bahwa sudah waktunya untuk pulang kerumah masing-masing.
Sayuyu menoleh begitu mendengar suara pintu kelas di geser dan dilanjutkan derap langkah kaki yang makin mendekat
“Matsumura-san, jangan ulangi lagi kesalahan mu! Sekarang kau boleh pulang”
Sayuyu mengangguk pelan lalu membungkuk dalam-dalam
“Arigatou gozaimasu, sensei“
Sayuyu membuka payung lipatnya dan menerobos hujan yang deras ini
‘Kami-sama..bisakah kau hentikan hujan untuk sebentar saja?’
Gumam Sayuyu pada dirinya sendiri.
“Sa-chan? Ayo pulang”
Mendengar panggilan barusan senyum Sayuyu mengembang
“Tou-chan?ahhh Tou-chan akhirnya pulang”
Sayuyu langsung masuk kepelukan ayahnya. Sayuyu adalah anak orang berada, namun sayang ibunya telah meninggal. Ayah nya sangat sibuk karena harus mengurus banyak perusahaan nya yang tersebar diseluruh Jepang, sampai-sampai ia tidak punya waktu untuk anaknya—Sayuyu.
“Ayo Sa-chan, kita pulang dan makan ramen”
Melihat senyum ayah nya rasa sakit dihati Sayuyu sedikit terobati. Sakit karena ucapan orang yang sangat disukainya.
“Ikou!
Sembari terus menggandeng tangan ayahnya, Sayuyu berjalan menuju mobil mereka yang tak jauh di parkir
***
“Dengar ya, aku bahkan muak berada disekolah ini. Karena apa? Karena ada kau! Jadi caraku untuk tetap merasa nyaman adalah jauh dari mu!”
Sayuyu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan suara si ‘awan mendung’ yang terus terngiang dikepalanya.
‘Akan ku cari tahu kenapa kau sangat membenci ku Yuuri-kun. Akan ku cari tahu…’
Malam ini begitu dingin, tapi Sayuyu bukannya menyelinap kedalam selimut ia malah berjalan menuju balkon. Memandangi bintang-bintang yang terlihat seperti berlian-berlian yang tergeletak begitu saja di karpet luas berwarna hitam.
‘Indah…seperti senyum mu. Yuuri’
***
Sayuyu begitu tergesah-gesah saat akan pergi ke ruang laboratorium. Saking tergesah-gesah nya ia sampai tak melihat kalau ada orang di depannya yang juga akan masuk kedalam ruang Lab.
Brugh!
Tabrakan kecil tadi membuat Sayuyu jatuh terduduk dilantai dan meringis kesakian
“aduh..aduh..”
Sayuyu meringis kesakitan diempatnya dan ketika dia mendongakan kepala sepasang mata tengah memandang nya tajam
“Jangan sentuh aku gadis berdarah kotor!”
“Chi..Chinen-san?ke-kenapa kau berkata begitu?”
“Menurut mu karena apa?”
Suaranya terdengar menusuk di telinga Sayuyu. Begitu menyakitkan.
“A..aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa kau begitu membenci ku?memang aku salah apa?”
Sayuyu bahkan belum bangkit dari posisinya yang tengah terduduk dilantai. Ia terlalu shock mendengar ucapan Chinen tadi
Chinen mendesah lalu kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana—seragam sekolah nya
“Bagimana kalau kau diposisi ku?..apa yang akan kau lakukan?”
Sayuyu masih tidak mengerti “Se..benarnya, apa maksud mu Chinen-san?” Tanya Sayuyu jujur
“Jadi kau benar-benar tidak tahu ya?” Chinen tertawa hambar lalu melanjutkan “aku akan menceritakan dari awal”
“Bagaimana perasaan mu kalau kau melihat ayah kandung mu mati di bunuh dihadapanmu? Bagaimana kalau kau melihat ibu kandungmu juga mati di depan kedua mata mu? Bagaimana kalau kau melihat adik kesayangan mu mati di cekik saat umurnya yang memang masih kecil?..”
Chinen memejamkan mata nya sesaat lalu kembali membukanya. Sayuyu bisa melihat jelas kalau mata Chinen memerah
“Ba..bagaimana kalau itu kau saksikan sendiri? Darah dimana-mana..jeritan…isak tangis…rintihan karena kesakitan?..ba-bagaimana HAH?! BAGAIMANA?!”
Sayuyu menutup mulutnya dengan sebelah tangan, ia sama sekali tidak tahu kalau hidup Chinen begitu kelam. Ia benar-benar memprihatin kan..
“Si-siapa?” “Siapa yang melakukan itu pada keluarga mu?”
Chinen mendelik “Siapa kau bilang? Sahabat ayah ku, yang sangat di percayai dan sudah dianggap keluarga oleh ayah dan ibu ku”
Saat itu…
“Paman..aku mohon! Aku mohon paman jangan sakiti ayah ku”
Bruak!
Saat itu juga Chinen terkapar di tanah
“Keito?! Jangan sakiti anak ku!”
Orang yang dipanggil Keito itu menyeringai “Kalau kau tidak mau anak mu aku sakiti lekas berikan semua berkas-berkas itu!”
“Tidak!kau tahu kan aku sudah sangat bekerja keras untuk itu semua!”
“Ahh..begitu?” Keito mengeluarkan sesuatu yang mengkilat dari dalam tas nya..
“A-apa yang akan kau lakukan Keito-kun?!”
Mata Chinen berkaca-kaca ia tak sanggup melakukan apapun karena kepala nya sangat sakit setelah menghantam aspal. Ia hanya diam ditempat dan menyaksikan kepergian ayahnya..ditangan sahabatnya sendiri
“Kau lihat Chinen junior?ayah mu begitu mengenaskan”
Tawa laki-laki bernama Keito itu disusul dengan suara gemuruh dilangit
Chinen membisu, sudah banyak darah yang keluar dari kepalanya dan kini ia juga harus melihat darah yang terus mengalir dari perut ayah nya yang terbaring tak jauh darinya…
“A..ayah..” Gumam Chinen ditengah tangis nya yang bercampur air hujan
“Untuk apa kau memanggil nya?dia sudah mati kau tahu?”
Suara tanpa dosa dari orang yang baru saja mencabik-cabik perut sahabanya sendiri sampai-sampai perut sang sahabat tak jelas bentuk nya..bahkan isi perutnya pun keluar dari tempatnya semula
“Dasar kau!!Apa yang kau lakukan pada suami dan anak ku?!”
Ibu Chinen datang sembari memukuli Keito dengan tas tangannya
“Ahh berisik!!” Keito menancapkan pisau digenggaman nya ke perut ibu Chinen
Sekali lagi, Chinen harus menyaksikan orang tuanya terbunuh dalam satu hari
“Lihat? Kau akan bernasib sama seperti kedua orang tua mu kalau kau tidak menuruti kata-kata ku”
“A-apa yang kau mau paman? Kenapa kau melakukan ini semua?”
Chinen tak memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup dan darah yang terus mengalir dari kepalanya, ia mencoba berdiri untuk menghadapi orang jahat yang jauh lebih besar tubuhnya
“apa yang ku mau?” Senyuman licik tergantung jelas diwajah Keito “serah kan berkas-berkas yang sedari tadi ada didalam tas mu!”
“Dasal paman jelek!”
“arrgghh!”
Pisau digenggaman tangan Keito terlepas setelah adik Chinen menggigit tangan Keito
“DASAR BOCAH TENGIK!!”
Keito mencekik leher kecil adik Chinen sampai-sampai kaki adiknya tak menyentuh tanah
“aaa..kakak..sakit…kak..sakittt..kakak!!”
“Hentikan!aku akan berikan apa yang kau mau tapi tolong lepaskan adik ku!!”
Brugh!
Adik Chinen langsung terkapar di tanah. Tanpa suara..
“Yuna??! Yuna!!!!”
Chinen tak perduli dengan berkas-berkas atau apapun itu, ia berlari mendekati adik nya. Dia memeluk adik nya yang sudah tak bernyawa.
Saat Chinen tengah meratapi nasib nya, Keito melangkah mendekati Chinen dan langsung merampas tas yang dari tadi di gendong oleh Chinen
“Keluarga Chinen yang menyedihkan”
Chinen mengelap air matanya yang sudah membasahi pipinya
“Bagaimana? Aku tanya…bagimana?!!”
Sayuyu tak berkata, ia menangis mendengar cerita yang benar-benar mengerikan. Itu benar-benar kejam
“Keito?” Sayuyu berusaha keras untuk mengeluarkan suara
Perasaan nya tidak enak, semoga apa yang dipikirkan nya sama sekali tidak benar
“Matsumura Keito?”
Chinen mendengus “Jadi kau baru sadar sekarang?”
TBC ==> ^____^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar